family

Kehidupan setelah setahun punya anak

October 09, 2018

Udah lama sekali ingin nulis blog lagi, mengingat yg cerita ke Jepang gak kelar-kelar haha.
Tapi yah dulu belum punya anak aja susah sekali mau nulis blog, giliran udah punya semakin makin susah aja ya.

Jadi ini bisa nulis gimana ceritanya? Karena saya bosen browsing tapi ga bisa tidur jadi langaung inget kenapa gak nulis blog aja yaa.. cerita kehidupan ini setelah udah punya anak.

Udah setahun -tepatnya 13 bulan- punya anak.. perempuan, namanya Mikaela Prisha tapi kami panggil dia Prisha. Saya juga udah berhenti kerja fulltime dan sekarang ngurusin bayi lincah ini, Oya ngurusin bapaknya juga tentunya hehe. Sejauh ini saya capek banget tapi happy banget banget. Puji Tuhan. Melihat sendiri perkembangan anak itu rasanya priceless walaupun emang ya kadang2 pikiran mau kerja lagi dan cari baby sitter ga sekali dua kali muncul. Apalagi kalo prisha susah makan, atau saya sakit prisha juga rewel. Tapi kalo liat dia bisa apa lagi, ada perkembangan apa lagi, happy sekali rasanya.

Saya sih dulu rajin jalan, belanja buat diri kayak beli baju ga penting haha! Sekarang yaaa masih suka belanja tapi mirip seperti apa kata orang2, semua buat anak. Beli baju, pernak perniknya, mainannya, buku bukunya. Padahal ya yg dia suka mainin adalah jeng jeng dorong2 kursi, kunci2, bongkar tas saya, jadi mainannya ga selalu dimainin juga. Realita. Hehe..

Setahun menyenangkan ini ada yang paling paling saya rindukan.
1. Nonton bioskop
2. Couple massage. Ya skrg kalo massage gantian dan saya seringnya pake go massage aja hehe
3. Duduk baca buku atau nonton tv  seharian tanpa ada yang gangguin
4. Nulis blog juga pastinya
5. Tidur malem sampe pagi tanpa kebangun

Sejauh ini saya nonton bioskop baru 2 kali, waktu itu nonton Star Wars trus Prisha dititipin ke Oma Opa nya. Nonton ke-2 kali nya itu nonton Crazy Rich Asian, Prisha dititipin ke Mami Jeni nya (adiknya Pras). Kalo baca buku masih bisa kalo Prisha lagi tidur atau main. Apalagi sekarang udah ada Mba di rumah, jadi kalo sore-sore mba lagi ajak Prisha naik sepeda keliling kompleks, mamanya jadi bisa "Me Time" hehe.

Jadi ibu harus kreatif  yaa, cari cara terus untuk hal-hal yang gak kita prediksi sebelumnya seperti anak gak mau makan, anak rewel gak tau maunya apa dan harus bisa bagi waktu buat bisa me time walaupun sebentar aja supaya tetep waras hehe.


2015

Gowes di Norikura Dake

May 05, 2017

Sepedaan di Norikura Dake ini udah jadi kegiatan wajibnya Pras begitu kita udah booking tiket ke Jepang. Kenapa ke Norikura Dake? Karena ini salah satu rute dari Rapha Travel dan dari yang Pras baca di web Rapha ini, Norikura Dake adalah aspal tertinggi di Jepang.

Ngomong-ngomong, Rapha itu apa sih? Rapha adalah Sportswear dan lifestyle brand yang fokusnya di road bike menjual berbagai perlengkapan sepeda seperti jersey, bib, dan aksesoris lainnya. Brand Rapha ini juga pernah menjadi sponsor untuk Team Sky, yaitu team balap sepeda yang menang di Tour de France, tetapi sponsorshipnya sudah berakhir di tahun 2016. Selain itu 

Trus gimana sih Pras gowes sendiri ke Norikura Dake tanpe harus ikutan Rapha Travel?

Jadi, karena saya gak ikutan Pras ke Norikura Dake, cerita ini hasil saya interview Pras hehe..



--- Sepedaan di Norikura Dake ---


Kenapa sepedaan di Norikura Dake?
Karena ini salah saru rute yang ada di Rapha Travel, dan untuk destinasi Jepang, Norikura ini adalah rute epic nya.

Trus, dari mana sih dapet info tentang Norikura Dake?
Dari Rapha Travel

Ini kan pertama kali kamu ke Jepang dan ke Norikura Dake, apa aja persiapan untuk sepedaan disana? 
Pertama bikin Map connect di Garmin.com dan di upload ke garmin device di sepeda. Kedua, cek google map untuk liat kondisi jalan seperti apa, cek waktu yang tepat untuk sepedaan, sebab mulai akhir oktober sampai Januari aksesnya udah tertutup salju. Gak lupa juga cek cuaca untuk baju yang cocok, waktu itu udah musim gugur jadi harus pake long sleeves jersey.

Bagaimana perjalanan kesana?
Perjalananya sepi, aspalnya sangat sempit tapi kualitasnya bagus banget untuk bersepeda. Yah, di Jepang emang jalannya udah bagus. Salah satu kenikmatan adalah kita gowes sepeda tidak mendengar apa2, hanya suara rantai sepeda yang berputar dan nyanyian alam di sekitar.  Lengkap sama pemandangannya yang indah banget. Tapi tingkat kesulitannya bisa di bilang tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan indoensia seperti gunung2 di Jawa seperti Dieng, Browo, bahkan tingkat kesulitannya sangat rendah jika dibandingkan dengan dataran tinggi Napu di Poso, Sulawesi Tengah. Tetapi, pemandangan dan experiencenya sangat worth it. Apalagi saat itu lagi musim gugur jadi pemandangannya beda autumn banget, warnanya merah orange kuning, gak ada di indonesia.

Apa tantangan yang kamu temukan selama sepedaan disana?
Cara orang Jepang membangun jalan di pegunungan cukup berbeda dengan di Indonesia. Dimana jika ada kemiringan yang sangat curam, di Indonesia cenderung membuat kelok2 jalan yang panjang, sedangkan di Jepang mereka menembus gunung tersebut dengan terowongan yang sangaattttt panjaaaaannng.  Terowongan ini sangat banyak di kaki gunung. inilah pengalaman pertama saya masuk terowongan sangat panjang dan gelap tanpa lampu penerangan di jalan.  Saya pun gak membawa lampu di sepeda karena saya berencana sepedaan pagi selesai siang. Ini diluar ekspetasi saya sehingga pada saat itu saya merasa sulit melihat dan sedikit cemas. satu2nya pertolongan saya untuk bisa jalan kedepan adalah berharap ada mobil kendaraan yang lewat di belakang untuk memberi penerangan jalan.

Yang bikin happy?
Sampai di Puncak

Apa hal yang paling berkesan ?
melihat batu es dan memegangnya pertama kali dalam hidup sayabegitu sampai di puncak. walaupun belum waktunya salju, tapi sudah ada es diatas. yang kedua, saat turun dari puncak Norikura banyak sekali jalan yang tertutup daun daun musim gugur. Sensai yang tidak bisa sayan lupkan melewati dan menembus tumpukan daun daun tersebut dengan kecepatan tinggi.

Terakhir, Masih mau sepedaan kesana ga?
Norikura Dake cukup berkesan, tapi masi banyak rute lain yang bisa dicoba :)


Disclaimair:  cerita ini semua berdasarkan pengalaman bersepeda selama ini.

Day 5 : Sepeda di Matsumoto

October 30, 2016



Kami sampai di Matsumoto malam sebelumnya, karena pagi ini Pras - akhirnya - ke Norikura Dake. Rencananya, saya akan menyusul ke Norikura Dake dengan Bus dari Stasiun Shin-Shimasihma. Tapi, kali ini saya gak cari banyak informasi untuk ke Norikura Dake.

Saya menuju Stasiun Matsumoto sekitar jam 10 pagi, dan langsung naik kereta di pemberhentian terakhir stasiun Shin-Shimashima. Setelah tanya-tanya petugas di Stasiun yang sebagian besar gak bisa bahasa Inggris, ternyata untuk ke Norikura saya harus ke Norikura Kogen dulu, baru bisa lanjut ke Norikura Dake. Sedihnya Bus ke Norikura Kogen hanya ada 2 jam sekali, dan bus baru aja jalan 15 menit yang lalu artinya saya harus nunggu lagi 1 jam 45 menit. Belum lagi, sampai di Norikura Kogen saya harus nunggu Bus lagi untuk ke Norikura Dake. Ah, saya nyerah aja deh.. saya balik ke Matsumoto dan nyewa sepeda keliling Matsumoto, dan akhirnya janjian sama Pras ketemuan di Matsumoto Castle. 










Setelah dari Matsumoto Castle, kami langsung balik hotel, check out dan kembali ke Tokyo.



.. to be continue.. 









japan

Perjalanan Ke Jepang 2015 : Day 4 - Tokyo

July 10, 2016



Cuaca Tokyo hari ini cukup dingin (at least buat saya) walaupun mataharinya terik. Kalo liat foto diatas, saya pake lengan pendek tapi pake sarung tangan. Agak aneh ya :p Buat saya yang penting pake sepatu dan sarung tangan udah cukup hangat kok.

Hari ke-4 ini kami menghabiskan waktu seharian di Tokyo, dan malemnya kami balik lagi ke Matsumoto. Jadi saya akan share cerita lebih banyak tentang Tokyo.

Sebelum cerita hal-hal apa saja yang saya lakukan di Tokyo, saya mau cerita dikit aja, apa yang saya lakukan setiap pagi sebelum jalan? Sarapan dimana? 

Sebelum jalan, saya pasti packing dulu bawaan apa aja yang mau dibawa. Biasanya saya cuma pake sling bag, tapi karena liburan kali ini saya banyak pindah kota, jadi mau gak mau bawa gembolan alias backpack yang isinya baju ganti, hp, notes kecil, travel wallet (isi uang dan passport), charger-an hp & kamera, go pro, kamera mirrorless (biasanya ini pras yang bawa), dan multiple socket outlet alias stop kontak dengan lubang banyak (yang saya bawa stop kontak dengan 6 lubang). Multiple Socket Outlet ini berguna banget. Bisa ngecharge semua elektronik sekaligus, jadi gak perlu ganti-gantian ngecharge. Oya, colokan di Jepang itu bentuknya 2 gepeng tipis ( I I ), jadi travel adaptor juga wajib.


source : infojepang.net


Kalo sarapan sih yang gampang-gampang aja, saya selalu beli onigiri di Family Mart atau Lawson sekaligus kopi susu hangat atau hot chocolate. Gampang dan murah.




Jadi, hari ke-4 ini kami mulai dengan jalan ke Imperial Palace, sekalian kami akan makan siang yang lokasinya dekat dengan mperial Palace.

Tokyo Imperial Palace adalah Kediaman atau Istana Kaisar Jepang yang juga menjadi tempat wisata. Taman dan arsitekturnya sangat indah. Suasana Jepang kuno sangat terasa disini, apalagi Imperial Palace ini berada di tengah kota Tokyo dengan suasana modern.


 







Setelah dari Tokyo Imperial Palace, kami jalan kaki ke tujuan kuliner kami, Imahan.
Saat akan ke Imahan, kami berdua sempet nyasar ke Imahan di dalam sebuah Food Court yang memang nama Counter ini Imahan tapi jualan daging aja. Waduh! Kami coba cari lagi pake google map dan nanya-nanya sama satpam. Akhirnya kami naik kereta, dan sampai di Imahan yang letaknya di dalam Department Store di Ginza.

Setibanya di Imahan, ternyata kami harus masuk ke waiting list dulu dan menunggu sekitar 45 menit sampai 1 jam. Selagi menunggu kami jalan-jalan di dalam dept store ini dan di sekitar dept store. Ternyata gak nyampe 45 menit, dari Imahan udah menghubungi kami.

Sampai di Imahan, kami langsung mesen 2 lunch set menu Sukiyaki. Untuk dagingnya saya pilih yg Quality Beef dan Pras milih yg High Quality Beef. Harganya memang lumayan mahal, untuk berdua kami bayar sekitar 1,5-1,7juta dalam rupiah. Tapi rasanya ENAAAAKK BANGETTT!!!
Gak harus mesen yang high quality beef juga udah enak banget kok.





Ningyocho Imahan, Ginza
Japan, 〒104-0061 Tokyo, Chuo, Ginza, 6−8−7, 交詢ビルディング 5F


Selesai makan kami ke Shibuya untuk melihat statue of the local dog, Hachiko. Gampang banget nyari patung Hachiko! Letaknya ada di pintu keluar stasiun Shibuya. Tapi, karena rame banget, saya foto sebentar aja dan langsung jalan lagi.



Setelah itu kami langsung balik lagi ke Hotel di Shinjuku untuk packing. Sebelum jalan ke hotel, kami jalan dulu ke Sports Lab by Atmos Shinjuku nyari sepatu yang rasanya kok susah banget nemunya, Nike Fkyknit Racer yang oreo. Begitu sampai sepatunya ada dan sizenya cuma satu doang yang ternyata sizeku. YAY!!!!


Akhirnya saya dan Pras kembaran haha! Kalo sepatu Pras belinya 3 bulan sebelumnya di London.


Setelah sepatunya dapet, kami ke hotel, packing dan langsung jalan lagi ke Matsumoto.


to be continue..

japan

Perjalanan ke Jepang : Day 3 - Matsumoto, Blue Note Tokyo (Eric Benét Concert)

May 12, 2016

Postingan sebelumnya, saya cerita tentang rencana Pras sepedaan ke Norikura Dake  yang batal karena gak ada softlens :( dan gimana sulitnya mencari softlens di Matsumoto. [baca day 2]

Jam 9 Pagi, kami langsung ke optik yang ada di dekat Hotel. Masih Tutup! Kita coba nanya-nanya pake bahasa sekenanya aja ;p Intinya adalah, Pras harus daftar untuk periksa mata dulu di dokter mata yang ruangannya ada di sebelah optik. Tapi dokter baru buka jam 10. Kami pikir-pikir lagi, karena keterbatasan bahasa trus daripada gagal paham, kami balik lagi aja ke Tokyo siang ini.

Kami langsung book hotel yang sama lagi untuk besok , kemudian check out. Kami sempetin dulu makan Soba di depan Station. Emang kalo gak bisa bahasa dan tulisan kanji, atau yang punya resaturant gak bisa bahasa inggris, berujung gagal paham. Kami memesan Hot Soba plus karage dengan menunjuk makanan orang yang ada di sebelah kami. Pelayannya oke oke aja sambil nunjuk side dish di daftar menu.  Begitu saya foto menu tersebut dan kirim ke temen saya di Kyoto, ternyata yang kami pesan Hot Soba dengan side dish Sushi, bukan Karage. Wah! Untungnya kami masih bisa minta ganti side dish.

Nih Soba kita, sebelum karagenya dateng. Telornya mentah, langsung di masukin ke Soba dan di aduk selagi kuahnya masih panas. Nyum!




 Selesai makan kami langsung naik kereta menuju ke Tokyo.  Karena sepeda udah dititpin di Hotel di Matsumoto jadi begitu sampai di Tokyo kita langsung jalan-jalan aja. Tempat pertama yang kami datangi adalah Rapha (lagi) !

Dari Rapha kami langsung lanjut ke Harujuku Station. Rencana kami di Tokyo, kami akan ke Blue Note Tokyo. Blue Note ini adalah Venue atau Club Jazz, tempat manggungnya musisi musisi Jazz papan atas. Pusatnya ada di New York. Karena saya dan Pras penikmat Jazz, jadi kami menyempatkan diri dateng ke tempat ini. Nah, ke Blue Note ini juga ada cerita sendiri. Tadinya mau langsung dateng aja kesana, tapi pas lagi di Hotel Shinjuku Washington - tempat kami menginap di Tokyo -, saya nemuin majalah yang isinya jadwal konser Blue Note ini. Pas baca-baca, ternyata harus book dulu baru bisa masuk. Weh! Untung aja gak langsung dateng, kalo gak.. mungkin kita bakalan kecewa gak dapet tempat. Pas nge-cek jadwal hari ini, ternyata musisi yang lagi konser bukan yang bergenre Jazz, tapi R&B. Dan tenryata Artisnya adalah ERIC BENÉT!! Walaupun gak dapet jazz kita dapetnya Eric Benétttttt! Harus banget nonton sih ini.

Begitu sampai di Harajuku Station, dengan bantuan google map kami langsung jalan ke Blue Note, yang ada di Shibuya, gak jauh dari Harajuku Station. Langsung nanya tiket untuk nonton Eric Benét. Ternyata itu juga hampir full. Kami sampai di sana sekitar jam 4 sore dan diminta balik sebelum jam 6 supaya bisa langsung beli tiket duluan.


Blue Note Tokyo

Karena masih ada waktu, jadi kami langsung jalan-jalan dulu dan cari makan. Jalan di sekitaran Shibuya ini emang asik sih, banyak cafe dan store yang lucu-lucu. Kami jalan kaki, random, dan nemuin restoran di intersection Shibuya namanya Negishi. Speciality restoran ini adalah Gyutan. Pesanan saya Gyutan dan enaaaaak banget! parah! kayaknya random aja tetap ya makanan di Jepang ini enak-enak *mouth-watering*





Selesai makan, saya punya satu tujuan yang pengen banget saya datengin : Diptyque Store.
Saya dan Pras suka banget sama scented candles, jadi begitu ada store Diptyque di kota ini, saya langsung melipir.



i smell happiness ;)




Karena udah hampir jam 6, selesai belanja di Diptyque kami langsung kembali lagi ke Blue Note.
Beruntungnya! kami masih dapetin 2 seat untuk bisa masuk dan nonton konser Eric Benét. Yay!
ada 2 pilihan duduk, di table atau high chair yg letaknya di belakang. Kami langsung memilih high chair, karena pastinya nontonnya lebih enak gak ketutupan. Suasana dalem Blue Note ini kira-kira seperti di Hard Rock jaman masih di EX. Posisi stage dan tablenya mirip.














Eric Benét Concert was AWESOOOMEEE!!

Sayangnya gak bisa motret dan rekam video pas lagi konser.


.. to be continue ..

food

Perjalanan Ke Jepang : Day 2 - Tokyo, Tsukiji Fish Market & Matsumoto

May 02, 2016



Hari ke-2 di Jepang kami berencana akan ke Matsumoto.  Tetapi, sebelum melakukan perjalanan ke Matsumoto, kami akan ke Tsukiji Fish Market.


TSUKIJI FISH MARKET

Biasanya orang-orang ke Tsukiji untuk melihat Auction dulu subuh-subuh. Tapi, karena gak kuat bangun subuhnya jadi kami ke Tsukiji sekitar jam 8 pagi untuk menyantap Sushi. Yang saya tau ada 2 restoran Sushi yang terkenal di Tsukiji, yaitu Dai Sushi dan Daiwa Sushi. Untuk makan di Dai Sushi, harus mengantri sekitar 3-4 jam, WOW banget yaaa. Setelah browsing-browsing, saya dan Pras memutuskan untuk makan di Daiwa aja mengingat waktu ngantrinya lebih cepat sekitar 2 jam (yaaa tetep aja lama yaaa).

Gak susah kok nyari Daiwa Sushi, begitu sampai di Tsukiji Shijo Station, kami menggunakan google map kemudian jalan kaki sebentar banget langsung sampai di Daiwa Sushi. Cuaca dingin, dan gerimis, tapi antriannya tetep panjang lho.


antrian di depan Tsukiji Fish Market

Kami menunggu sekitar 20-30 menit. Yay! Ga terlalu lama ya. Begitu masuk kedalam, kami langsung mengerti kenapa antriannya bisa selama itu. Di dalam Daiwa hanya ada satu baris kursi-kursi di Sushi Bar dan kursinya gak banyak.

Kami langsung memesan dengan menyebut "OMAKASE" yang artinya "dishes selected by chef". Sushi selection kami datengnya gak sekaligus, tapi satu-satu dan langsung ditaro di depan piring kamu sama chefnya.




Sushi di sini SUPERRRRR SUPERRRR ENAKKK!! Lebay? Gak kok, beda sama sushi yang biasa saya makan di Jakarta. Kalo liat di foto, ikan dan udangnya kok keliatannya shiny shiny gitu? Itu karena Sushinya fresh banget, masih agak basah dan lembut banget. Favorit saya, udah pasti OTORO! Otoro is the fattiest part of Tuna and it's also the most expensive sushi. Yang selama ini ordernya salmon, harus banget nyobain ini. 

Di dalam setiap sushi nya udah ada wasabi, di antara nasi dan ikannya. Wasabinya juga beda sama yang biasa saya liat di restoran sushi di Jakarta. Wasabi disini teksturnya lebih creamy. Rasa wasabinya pas banget dan gak overpowering. Menurut saya wasabi ini menambah kenikmatan Sushinya. Yum!

Keluar dari sini rasanya bahagia banget, dan pengen balik haha!


Daiwa Sushi
4 104 0045, 4 Chome-16-10 Tsukiji, Chuo, Tokyo 104-0045, Japan

IDR
3,500 Yen for Omakase

Opening Hours
5AM to 2PM


RAPHA CYCLE CLUB

Setelah dari Tsukiji, kami menuju ke Rapha Cycle Club. Tempat ini tempat favorit para cyclist. 
Rapha ini salah satu tujuan Pras di Tokyo. Jualannya printilan-printilan sepeda seperti Jersey, Bib (celana sepeda), sepatu sepeda, topi dll. Tempatnya lucu banget dan ada cafenya. Jadi sambil nungguin suami belanja bisa nongkrong dulu di cafe.



Rapha Cycle Club, Tokyo
千駄ヶ谷3丁目1−6, 渋谷区 東京都 151-0051, Japan

Opening Hours
10.30 AM to 8.30 PM


MATSUMOTO

Setelah selesai belanja di Rapha, kami langsung menuju ke Matsumoto
Apa sih Matsumoto ini? Kenapa harus ke Matsumoto?
Matsumoto ini sebuah kota di Nagano. Tujuan kami kesana karena Pras akan sepedaan ke Norikura Dake yang letaknya dekat dengan kota Matsumoto. Kalo sepedaannya dari Tokyo akan memakan waktu berhari-hari.




Waktu tempuh Tokyo-Matsumoto adalah 2 jam. Hotel kami di Matsumoto adalah Matsumoto Tokyu Rei Hotel, lokasi sangat dekat dengan Stasiun, kira-kira hanya 3 menit dengan berjalan kaki. Letaknya di seberang Stasiun. Sangat strategis. 

Begitu sampai di Hotel, kami langsung check in dan beres-beresin barang. Kamar lebih luas (dikit) dari hotel kami di Tokyo :D . Selesai menaruh barang di kamar, kami langsung mau jalan-jalan keliling Matsumoto. Map Matsumoto bisa didapatkan di resepsionis. Tujuan pertama kami adalah Matsumoto Castle. 




Matsumoto ternyata kota yang cukup kecil, sepi, tenang, rapih, dan udaranya lebih dingin dari Tokyo. Mungkin karena Matsumoto berada di dataran tinggi.  Jalan-jalan sebentar kami sudah sampai di Matsumoto Castle. Ini adalah Castle pertama yang kami datangi di Jepang. Castlenya cantik, ada di tengah-tengah danau. Apalagi kami sampai di Castle udah agak sore, jadi begitu mulai gelap udah ada lampu sorotnya.





Makanan yang terkenal di Matsumoto adalah Soba. Jadi, sebelum kembali ke Hotel kami akan makan malam dulu di Kobayashi Soba yang mendapatkan review 4.5 (out fo 5) di Trip Advisor. Untuk bisa sampai di tempat ini, bisa menggunakan Google Map.

Di Kobayashi Soba, kami memesan 2 jenis Soba yang berbeda. Pras mesen Zaru Soba atau Cold Soba, dan saya Hot Soba. Rasanya sama-sama enak! Terutama Zaru Soba nya. Dipping Sauce Zaru Sobanya terenak yang pernah saya coba. 

Hal yang paling menyenangkan di Restoran ini, Ownernya bisa bahasa Inggris! Jadi, bisa nanya-nanya dan gak takut salah pesen. Mengingat di Matsumoto orang-orangnya jarang yang bisa bahasa inggris kayak di Tokyo atau Kyoto.




Dalam perjalanan pulang kami melihat jalanan (semakin) sepi, dan toko-toko udah banyak yang tutup. Sampai di Hotel, tiba-tiba Pras Heboh! ternyata kotak softlense nya ketinggalan di Hotel di Tokyo. Artinya, dia gak bakalan bisa sepedaan besok pagi :( Kacamata yang dia pake setiap hari gak bisa di pake untuk sepedaan. Akhirnya pras keluar coba cari optik atau drugstore yang jualan softlens. Saya di Hotel browsing, tapi gak dapet apa-apa karena semua tulisan kanji, dan Matsumoto minim info banget di Google. Saya minta bantuan ke temen saya yang di Kyoto untuk bisa bantu browsing, yang hasilnya ternyata beli softlense di Jepang itu ribet. Harus ke dokter dulu. Haduh!

Pras kembali ke hotel, hasilnya ga ada. Karena semua toko, optik drugstore udah pada tutup. Setelah diskusi, kita memutuskan ke optik dekat hotel besok pagi. 


.. to be continue ..





Facebook

PV